Sleman (22/9) – Di era globalisasi ini, media sosial (medsos) memegang peranan yang sangat penting dalam kebutuhan bersosialisasi dan komunikasi. Hanya dalam satu genggaman, seluruh manusia kini bisa dengan mudahnya bertukar informasi, mengakses gambar atau video, hingga pengetahuan baru tanpa celah.
“Namun, dalam penggunaannya seringkali kita berpikir komunikasi di medsos adalah sesuatu yang tidak perlu dipelajari, sehingga membuat sesuatu di medsos itu tidak perlu pengetahuan, skill, tinggal uppload saja,” kata Hendri, penggiat medsos saat menjadi narasumber Focus Group Discussion (FGD) Organisasi Kemasyarakatan yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Selasa (20/9/2022).
Hendri mencontohkan beberapa kasus di antaranya, bertengkar dengan tetangga karena status WhatsApp, gesekan terkait suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) karena medsos, dan kasus lainnya, “Ternyata efeknya luar biasa, ini menjadi tantangan kita,” tandasnya.
Menjawab tantangan tersebut, konsultan UMKM ini membawakan materi dengan judul “Bagaimana Komunikasi Efektif dan Persuasif di Medsos”. Standar komunikasi efektif adalah adanya feedback (umpan balik). Dijelaskan Hendri, sebuah pesan yang diniatkan sama, feedbacknya tidak selalu sama, “Bisa jadi pesannya tersampaikan, tetapi efeknya belum tentu sesuai keinginan kita,” ujarnya.
Ia pun menyentil, apakah organisasi kemasyarakatan (ormas) sudah membuat komunikasi yang efektif, apakah feedbacknya sudah sesuai keinginan. Dalam membalas pesan, pada dasarnya manusia itu tidak suka dikritik dan kebanyakan orang suka dipuji, “Maka kalau mengkritik apresiasi dulu postingannya, setelah itu diberi masukan sehingga memberikan kritik membangun. Di sisi lain, minta maaf kalau ada kesalahan, minta maaf tidak akan menjatuhkan organisasi asalkan segera, jangan setelah viral,” pesannya.
Komunikasi efektif dan persuasif menjadi kunci dalam bermedsos, karena informasi yang disajikan penting namun tidak persuasif, audience akan cenderung bosan, “Ajak audience untuk do something,” tutupnya.
FGD dengan tema “Penggunaan Media Sosial Organisasi Kemasyarakatan DIY” ini berlangsung di Hotel TARA Yogyakarta, Jalan Magelang No. 129 Kricak, Tegalrejo. FGD dihadiri beberapa ormas, salah satunya DPW LDII DIY.
Narasumber kedua adalah akademisi Fakultas Filsafat UGM, Khairul Amin. Ia menyebutkan, dengan kekuatan yang dimiliki ormas, setidaknya dalam bermedia sosial dapat menjalankan empat fungsi. Pertama fungsi edukasi, sebagai bagian dari masyarakat, ormas perlu meningkatkan literasi dan kecakapan digital dalam bidangnya masing-masing.
Kedua, fungsi pelayanan, ormas membuka pelayanan aduan ataupun wadah ide gagasan masyarakat yang menjadi jembatan komunikasi digital antara masyarakat dengan masyarakat ataupun pemerintah dengan swasta. Ketiga, fungsi jurnalistik, ormas menyediakan dan memperbanyak konten informasi yang valid, akurat, terkini, dan dapat dipertanggungjawabkan, “Jadi seharusnya yang banyak melakukan posting itu ormas bukan anonimus karena masyarakat harus mendapat informasi yang resmi,” ujarnya.
Keempat, fungsi hukum, yakni membantu aparat untuk menjaga ketertiban umum dengan mengawasi ruang digital atau cyber dan memaksimalkan kemampuan mediasi. “Ormas menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai nilai luhur dan rasa keadilan publik, ormas jangan takut untuk bersuara, suarakanlah yang baik dan benar, orang jawa mengatakan bener lan pener, benar saja tidak cukup tapi harus tepat,” jelasnya.
Oleh karenanya, menurut Amin, ormas haruslah ada (hadir) dan meng-ada (memperlihatkan dirinya) di ruang digital untuk memastikan etika digital publik tidak merosot. “Dalam ruang digital, kita semua adalah informasi, dan ormas haruslah menjadi produsen informasi yang valid, akurat, update, dan kredibel,” tandasnya.
Narasumber ketiga, Editor in Chief Mojok.co Agung Purwandono menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan membuat konten atau postingan. Di antaranya, memahami isu utama dengan berpikir terlebih dahulu isu yang akan disampaikan, memiliki dan menjaga karakteristik akun yang dipegang sehingga mempunyai ciri khas.
“Ormasnya dibranding dulu, karakternya seperti apa, sehingga akan menemukan gaya komunikasi yang sesuai dengan audience, agar orang mudah mengingat,” kata wakil ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) DIY ini.
Agung melanjutkan, ormas perlu memahami audience, dengan mengamati sifat-sifat netizen yang menjadi segmentasi untuk konten tersebut, sehingga outputnya akan sesuai keinginan. “Bapak ibu bisa menentukan ormasnya sering berhubungan langsung dengan audience rentang usia berapa, bisa digolongkan berdasarkan usianya sehingga kontennya bisa tepat sasaran,” urainya.
Pada kesempatan itu, Ketua DPW LDII DIY Atus Syahbudin memberikan apresiasi kepada para narasumber yang menajamkan ormas pada beberapa sisi, termasuk fungsi ormas. “Bener lan pener ini kadang bisa disandingkan kadang tidak, mohon petunjuk bagi ormas yang sedianya ingin mengeleminir masalah, tetapi di sisi lain wartawan kadang tidak cover booth side,” tanyanya pada narasumber.
Agung mengatakan, media online memiliki karakter yang sama dengan medsos, tidak memiliki batasan. Yang bisa dilakukan ketika dirugikan adalah menggunakan hak jawab. Hak jawab di media online harus dicantumkan pada berita yang merasa dirugikan, “Jadi lead berita ketika menyebar, sudah ada hak jawab, tidak berdiri sendiri, hal itu dimuat dalam pedoman media siber,” jawabnya.
Terkait tidak cover booth side, Agung menyebutkan istilah wartawan terjun payung, ketika wartawan ditugaskan tidak memahami situasi dan psikologis tempat tersebut. Untuk menghindari hal tersebut, dewan pers mengharuskan sebuah media harus berbadan hukum Perseroan Terbatan (PT) dalam bentuk PT pers, wartawan utama harus bersertifikat wartawan utama, redakturnya harus wartawan madya dan reporternya harus wartawan muda. “Jadi semua harus melalui sertifikasi, karena apa? karena saat ini setiap orang bisa membuat media online,” pungkasnya.
Atus pun menanyakan bagaimana menghadapi hoaks dan haters yang ingin memecah belah organisasi. Agung menanggapi dengan melihat sisi positif haters, bahwa orang akan semakin banyak yang tau tentang LDII, “Ini malah menjadi kesempatan ormas untuk promosi gratis, tinggal bagaimana ormas membuat konten positif itu muncul di mesin pencari dan konsisten dalam membuat konten tersebut,” jelasnya.