Banten (3/4) Indonesia termasuk wilayah segitiga karang dunia, yang membentang dari Filipina, Indonesia Bagian Timur, hingga Kepulauan Solomon. Luas area terumbu karang Indonesia mencapai 2,5 juta hektar atau sekitar 14 persen luas terumbu karang global. Sayangnya, terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan serius.
“Hanya sekitar 6,8 persen terumbu karang Indonesia dengan kondisi baik saat ini. Padahal, Indonesia memiliki terumbu karang terlengkap dari yang lain. Maka, hal ini menjadi tugas terbesar bagi generasi muda Indonesia menjaga kelestarian ekosistem pesisir,” ujar Ketua DPP LDII Edwin Sumiroza.
Edwin menyampaikan hal tersebut selaku panitia kegiatan konservasi alam ekosistem pesisir, yang digelar pada Jumat (3/4) lalu di Tanjung Lesung. Sebagai wujud partisipasi pelestarian ekosistem pesisir, DPP LDII dan DPW LDII Banten bekerja sama dengan CAI Diving Club Banten, menggelar kegiatan konservasi alam Ecosport 2015 yang bertajuk “Kenali Lautmu, Cintai Negerimu” di Beach Club, Tanjung Lesung, Banten.
Edwin Sumiroza, pengisi materi hari itu memaparkan, “Terumbu karang terlengkap di dunia hanya ada di Indonesia, sayangnya banyak yang rusak akibat ketidaktahuan dalam hal penanganan, jadi rusaknya nggak sengaja. Dan karena tidak tahu memanfaatkan, akhirnya yang mengeruk keuntungan adalah negara lain. Kita yang menjadi tamu di rumah sendiri.”
Faktanya, Indonesia adalah termasuk salah satu dari negara di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) selain Malaysia, Filipina, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Papua Nugini. Artinya, Indonesia adalah wilayah yang kaya terumbu karang. Namun, data dari World Resources Institute (WRI) mengatakan, terdapat 85 persen terumbu karang terancam oleh kegiatan manusia.
Edwin memaparkan, untuk melindungi terumbu karang tersebut, Club CAI Diving pernah mengadakan kegiatan monitoring terumbu karang dan memasang instalasi mooring buoy (pelampung penambat) di area penyelaman Legon Cabe Pulau Rakata, April 2009 silam sebagai penanda.
Mangrove dan pemanfaatannya
Melalui kegiatan konservasi itu, Edwin mengajak para peserta tidak hanya memahami terumbu karang namun juga memahami fungsi bakau (mangrove), yang merupakan tempat tinggal dan perkembangbiakan organisme-organisme kecil seperti telur-telur ikan yang akan menetas dengan menyusuri pesisir Beach Club, Tanjung Lesung. Keberadaan bakau juga membantu mencegah abrasi pantai dan gelombang tinggi serta membantu kesejahteraan kehidupan masyarakat pesisir secara langsung.
Mengutip situs wetlands.org, ada 4 nilai intrinsik dari bakau. Pertama, ketahanan pesisir (coastal resilience) terkait penyerapan air laut ke daratan dan pemecahan ombak, yang dibuktikan dengan penanaman 30 pohon bakau di kedalaman 1 meter dapat mengurangi daya rusak tsunami sampai 90 persen (Hirashi-Harada, 2003). Edwin yang juga merupakan Ketua CAI Diving Club ini menambahkan, fungsi bakau secara fisik menurunkan kandungan karbondioksida di udara.
Kedua, keanekaragaman hayati (biodiversity) yang merupakan tempat dinamis bagi produsen makanan dan habitat bagi spesies lain yang ada di sekitarnya. Ketiga, sebagai mata pencaharian (livelihoods) atau fungsi ekonomi, yang dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi wisata maupun menjadi ciri khas kelompok tertentu seperti Concheras (Pengumpul Kerang) di Amerika Selatan. Fungsi lainnya, sebagai sumber bahan bangunan, kayu bakar, bahan penghasil obat penghambat tumor untuk jenis daun bakau Bruguiera Sexangula.
Menurut H. Shobar Wiganda, Ketua DPP LDII yang turut hadir memberikan materi saat itu, menambahkan dari segi ekonomi bahwa bakau juga berguna sebagai bahan baku pewarna batik. Shobar menceritakan keberhasilan pewarna batik yang tercetus dari aktivis lingkungan asal Jawa Timur, Lulut Sri Yuliani. Lulut yang awalnya berprofesi sebagai guru, berhasil memulai gerakan penyelamatan bakau dan mampu menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif menyelamatkan lingkungan. Karena keberhasilannya ini, Lulut diganjar Kalpataru pada 2011.
Selanjutnya, bakau berguna sebagai tempat penyimpanan karbon (carbon storage) yang merupakan hasil sedimentasi bentukan dari terumbu karang melalui aktivitas biologi (biogenic) dibawah permukaan laut serta akumulasi biomassa hidup.
Selain terumbu karang dan bakau, ekosistem pesisir yang juga perlu dilestarikan adalah padang lamun atau disebut juga seagrass yang berguna untuk menangkap karbon dan menghasilkan oksigen ke udara, sehingga mempengaruhi pengendalian iklim.
Dalam situs mongabay.co.id disebutkan, bahwa ekosistem ini masih sangat kurang dipelajari. Padahal mempunyai luas yang diperkirakan kurang lebih 30.000 km persegi. Karena tumbuhan ini telah menyesuaikan diri terbenam dalam laut dangkal meski masih membutuhkan cahaya matahari, maka tumbuhan ini mempunyai struktur akar dan rimpang yang mencengkeram dasar laut. Sehingga, membantu pertahanan pantai dari ombak dan gelombang.
Banyaknya ancaman yang mengganggu keberlangsungan hidup ekosistem pesisir, memerlukan peran aktif masyarakat sekitar ekosistem dan para generasi muda. Sehingga, penyelamatan lingkungan ekosistem bukan hanya wacana kemudian terhenti, melainkan terus beregenerasi. Kelak, di masa depan, akan merasakan manfaat akan perubahan yang dilakukan mulai saat ini.
“Mulai hari ini kita bangun wawasan ini (tentang ekosistem pesisir) sehingga kedepan kita bisa melakukan perubahan,” tandas Edwin. (Noni/LINES)