JAKARTA – Indonesia akan segera menghadapi pasar bebas se-ASEAN, yang biasa disebut MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), direncanakan MEA sendiri akan dilaksanakan pada bulan Desember 2015 ini.MEA ditujukan untuk mempermudah perdagangan, jasa, dan pergerakan SDM antar negara se -ASEAN. MEA sendiri dipercaya akan membawa dampak positif pada pertumbuhan per ekonomian Asia Tenggara, namun juga tentunya akan membawa resiko persaingan SDM antar negara yang ketat.
LDII sebagai salah satu dari beberapa ormas islam yang ikut bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Januari silam, mengusulkan pembentukan kerja sama UKM di Asia Tenggara atau kemitraan UKM ASEAN (ASEAN SME Partnership). Hal ini diharapkan menjadi solusi atas resiko persaingan yang pasti akan terjadi apabila MEA benar-benar terlaksana. ASEAN SME Partnership akan menjadi sebuah wadah dimana UKM-UKM akan bekerja sama saling mengisi dalam bisnis dan bukan bersaing yang justru malah merugikan sesama anggota ASEAN.
“Mereka khawatir bila bangsa Indonesia menguasai pasar negara lain di Asia. Contohnya saja, saat ini pengusaha Indonesia sukses mendirikan peternakan di Myanmar,” ujar Joko Widodo. Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa negara-negara tetangga sebenarnya juga takut akan kalah saing dengan SDM Indonesia. Juga menurut presiden, ide LDII dapat memperkuat posisi bangsa Indonesia, di tengah dinamika politik dan ekonomi global.
Jokowi berpendapat jika bangsa Indonesia ingin makmur, memiliki karakter kuat, dan religius, maka negara Indonesia pun menjadi kuat. Inilah yang membuat bangsa Indonesia ditakuti oleh bangsa lain. Apalagi Indonesia akan menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), di mana perputaran barang dan jasa dikurangi hambatannya oleh masing-masing anggotanya. Tentunya pemerintah membutuhkan bantuan seluruh elemen masyarakat, termasuk LDII, untuk meningkatkan daya saing dan kualitas SDM.
Ide LDII ini kemudian dielaborasi bersama MUI dan Nahdlatul Ulama serta ormas keagamaan lainnya, untuk menggelar konvensi ASEAN SME Partnership Indonesia 2015, yang digelar pada 10-12 November 2015. Perhelatan ini menggabungkan workshop, seminar, dan pameran UKM berkonsep business to business. Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama sekaligus Ketua Panitia Pengarah, Slamet Effendy Yusuf menyatakan kekuatan UKM terbukti mampu melewati krisis ekonomi pada 1998, dan kian teruji pada krisis global.
Abdullah Syam selaku ketua umum LDII juga ditunjuk sebagai ketua panitia acara konvensi ASEAN SME Partnership Indonesia 2015 menyatakan bahwa perhelatan ini didukung penuh oleh beberapa lembaga pemerintah dan kementerian, antara lain Kementerian Koperasi, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian ESDM, dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Dari pihak sponsor, yang mendukung acara ini antara lain Astra Group, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Permata,” ujar Abdullah Syam. Acara yang digelar di Hotel Alium Tangerang ini juga disponsori Samali Hotel & Resort.
Acara ini nantinya akan dibuka Sekjen ASEAN Le Luong Minh, Menteri Koperasi dan UKM AA Gede Ngurah Puspayoga. Sedangkan para pembicara dalam workshop dan seminar antara lain Dirut Bank Mandiri Syariah Agus Sudiarto, Menteri ESDM Sudirman Said, President Association for promotion of Thai SME Sarawut Sinsamnao, Kemenkominfo Rudiantara, dan para ketua asosiasi UKM di Asia Tenggara lainnya.
Dengan adanya sekitar 40-an booth disediakan untuk para pengusaha, diharapkan mereka mampu menemukan beberapa partner bisnis ke depan untuk mengokohkan kerja sama antar pengusaha UKM se Asia Tenggara.