Sleman (24/10) – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) merupakan ormas yang juga peduli batik, karena turut serta dalam pelestarian budaya batik di masyarakat. Batik merupakan kain bergambar yang secara khusus pembuatannya dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain, lalu pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik dikenal sangat lekat dengan Indonesia, sehingga batik oleh UNESCO ditetapkan sebagai warisan dunia asal Indonesia.
DPD LDII Sleman dalam Jogja Jambore Anak Sholeh (JOGJAS) 2015 juga mengadakan pelatihan membatik. Membatik yang pada masa lampau identik sebagai kegiatan eksklusif bagi perempuan-perempuan Jawa kini dikenalkan secara umum kepada warga masyarakat. Peserta pelatihan membatik ini terdiri dari kalangan remaja, bapak-bapak, hingga ibu rumah tangga.
Pembicara pelatihan adalah Ibu Irafatma selaku praktisi dan pengembang batik. Jangan salah, batik yang dikembangkan bukanlah batik cap atau batik tulis. Membuat batik ini akan lebih efesien waktu dan tenaga. Batik jumput adalah sebutannya. Batik ini dibuat hanya dengan menyelupkan atau melemparkan warna yang diinginkan di kain bewarna putih. Bahan yang dibutuhkan pun sangatlah unik, hanya dengan tambahan batu kerikil, atau sedotan, atau benang jahit. Dalam proses pembuatannya tidak terlalu dibutuhkan ketelatenan yang tinggi, hanya kreatifitas dan ketrampilan yang tinggi sehingga menghasilkan batik jumput yang bagus.
Batik jumput merupakan usaha sambilan Ibu Irafatma yang baru berjalan 3 bulan bersama sang ayah, Cak Irfan.
“Batik jumput merupakan kebudayaan yang tidak boleh lenyap begitu saja, sehingga saya berinisiatif bersama ayah mencetuskan ide batik jumput untuk tetap melestarikan budaya bangsa,” tutur Irafatma mengawali pembicaraan bersama kru LINES DIY.
Penyelenggaraan workshop batik jumput kali ini pun untuk memperingati Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober 2015. Mari tetaplah menjaga karya dan budaya bangsa agar tetap lestari sampai anak cucu mendatang. (Red: Deby&Crew LINES)